BANJARMASIN – Dikutip dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan terus mengembangkan pemanfaatan teknologi untuk pembangunan ekonomi kreatif. Salah satunya adalah untuk mendukung kemajuan pariwisata, dan perbaikan pelayanan publik. Pemprov Kalsel adalah provinsi pertama yang berkomitmen dalam penguatan aplikasi Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional – Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (SP4N-LAPOR!).
Staf Ahli Bidang Multikulturalisme, Restorasi Sosial dan Jati Diri Bangsa Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Haswan Yunas mengatakan Pemprov Kalsel telah menunjukkan komitmen dalam menerapkan beberapa inovasi pelayanan publik melalui pemanfaatan teknologi. “Seperti penguatan aplikasi SP4N-LAPOR!. Hal ini merupakan upaya untuk menjaga kualitas pelayanan publik dengan menyalurkan aspirasi masyarakat melalui aplikasi yang mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat,†jelasnya dalam sambutan pada Gathering Positif Bermedia Sosial di Banjarbaru, Kalimantan Selatan,Senin (24/06).
Penguatan aplikasi LAPOR! oleh Pemprov Kalsel ditandai dengan penandatanganan komitmen bersama antara seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kalsel, dengan Menteri Syafruddin. Penandatanganan itu, dilakukan sejak Februari 2019 lalu. Di Kalimantan Selatan, aplikasi ini kemudian dinamakan ‘Laporpaman’, diambil dari nama Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor, yang memiliki panggilan akrab Paman Birin.
Kini, aplikasi LAPOR! yang telah diperbarui menjadi versi 3.0, yang mengakomodir kekurangan dari versi sebelumnya. Penggunaan LAPOR! adalah salah satu implementasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2019 tentang SPBE.
Implementasi SPBE lainnya yang ditunjukkan Pemprov Kalsel adalah membangun Pos Pelayanan Teknologi (Posyantek). Inovasi ini ditujukan untuk pemanfaatan teknologi tepat guna di pedesaan. Program ini bertujuan merangsang sekaligus menjaring ide-ide kreatif dan inovasi di bidang teknologi di masyarakat berkenaan dengan pengembangan teknologi tepat guna.
Haswan menjelaskan, Pulau Kalimantan merupakan penyumbang ketiga terbesar dalam penggunaan internet se-Indonesia. “Data terakhir tahun 2019, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 150 juta orang, dan selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pulau Kalimantan menjadi penyumbang terbesar ketiga dalam jumlah pengguna internet tersebut,†jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Walikota Banjarbaru, Darmawan Jaya, mengatakan kegiatan Gathering Positif Bermedia Sosial ini sangat tepat mengingat pertumbuhan penggunan media sosial di Indonesia, khususnya di Banjarbaru meningkat tajam. Menurut Darmawan, media sosial menjadi alat promosi yang tepat bagi perkembangan perekonomian kreatif di Banjarbaru. “Kami berharap generasi muda bisa turut serta proaktif dan konsisten dalam menyebarkan konten-konten positif dan membangun melalui media sosial,†imbuhnya.
Gathering Positif Bermedia Sosial yang digagas oleh Kemenko PMK bertujuan untuk mengimplementasikan secara langsung nilai yang ada di dalam program Gerakan Nasional Revolusi Mental dalam hal ini melalui penggunaan media sosial yang baik. Tingginya jumlah pengguna internet di Kalimantan dan komitmen pemda dalam menerapkan teknologi inovasi pelayanan, menjadi alasan dipilihnya Provinsi Kalimantan Selatan sebagai lokasi Gathering Positif Bermedia Sosial.
Berbeda dengan kegiatan yang sudah dilaksanakan sebelumnya, Gathering Positif Bermedia Sosial kali ini dikombinasikan dengan pembangunan karakter. Sebelum kegiatan dimulai, peserta diajak menyusuri sungai Martapura serta melihat ikon Kalimantan Selatan yakni Pasar Apung Lok Baintan untuk melihat tradisi lokal yang masih terjaga. Kegiatan ini merupakan salah satu fokus dari program Gerakan Indonesia Mandiri.
Para peserta juga mendapatkan pemahaman tentang substansi Aksi Nyata Revolusi Mental dari Ahmad Rumadi, Perwakilan Gugus Tugas Nasional Revolusi Mental, dilanjutkan dengan materi tentang konten-konten positif yang dapat menjadi viral oleh Bobi Herianto Tarigan, perwakilan Cameo Project dan Valdryano, perwakilan Facebook, serta mengenai industri kreatif oleh Lesa Fahriana dari Rumah Kreatif Humaira Kanaya.
Rumadi menjelaskan inti dari revolusi mental itu adalah upaya untuk melakukan perubahan. “Yang diubah pertama itu adalah mindset-nya, cara berpikir. Kedua adalah cara kerja dan cara hidup. Meskipun kadang-kadang orang dipaksa juga untuk berubah pikirannya tidak berubah tidak apa-apa, tapi perhatiannya dipaksa untuk berubah, jadi perubahan itu dilakukan untuk membangun karakter, karakter yang berintegritas,†ujarnya.
Mendukung yang dikatakan oleh Rumadi, perwakilan dari Rumah Kreatif Humaira, Kanaya Lesa Fahriana mendorong kaum milenial untuk menggunakan media sosial dengan baik. “Membangun semangat kratifitas terus sebarkan melalui media sosial tentu akan menjadi hal positif daripada salah ngomong tidak ada objek yang tepat, positif bermedia sosial digabung dengan jiwa budaya yang kita alirkan melalui kreatifitas pemahaman kita sudah bisa masuk ke ranah ekonomi kreatif menuju Indonesia yang mandiri,†jelas Kanaya.
Di sisi lain, perwakilan Facebook Indonesia, Valdryno mengatakan dari 115 juta pengguna Facebook, 111 jutanya menggunakan Facebook melalui perangkat seluler. “Tampilan saat membuat konten harus jelas, jangan sampai orang-orang harus zoom in untuk melihat konten yang dibuat, mengonsumsi konten melalui perangkat seluler juga membuat kita menjadi 41 persen lebih cepat mengoperasikan, sehingga ketika melakukan pemilihan gambar harus benar-benar memilih yang menarik perhatian,” ujarnya.
Valdryno juga menjelaskan cara menangkal berita negatif. “Diperlukan peran masyarakat Banjarbaru untuk menyuarakan berita positif. Bagaimana Facebook menanggulangi hoaks ada tiga cara, yang pertama memeriksa fakta dengan pihak ketiga, yaitu media konvensional yang sudah terverifikasi secara internasional, yang kedua pendidikan literasi digital, dan terakhir kerjasama dengan Kemeneterian Komunikasi dan Informasi, namanya aduankonten.id,†tuturnya.
Hal ini juga disampaikan oleh perwakilan Cameo Project, Bobi Herianto Tarigan yang mengatakan bahwa dalam membuat sebuah konten yang menarik harus mengandung sebuah informasi yang berbentuk audio dan visual. Thumbnail yang menarik dapat menimbulkan rasa keingintahuan orang lain untuk membaca atau melihat konten yang dibuat.
Kegiatan ini dihadiri oleh admin sosial media kementerian/lembaga serta generasi milenial yang berasal dari Pramuka, Purna Paskibraka Indonesia (PPI), Duta Banjar Baru, dan Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). (fik/clr/HUMAS MENPANRB)
Sumber : HUMAS MENPANRB