Dari tiga sektor utama perekonomian Kalimantan Selatan, sektor pertambangan mencatatkan kontraksi paling dalam pada tahun 2020 lalu. Sektor ekstraktif ini mengalami pertumbuhan negatif sampai pada tingkat -4,47 persen. Sementara itu, dua sektor utama lain yaitu sektor pertanian dan sektor industri pengolahan hanya mengalami pertumbuhan negatif sebesar -0,96 persen dan -3,38 persen. Untuk diketahui, PDRB Kalsel sendiri tumbuh negatif di nilai -1,81 persen.
Pandemi Covid-19 menjadi salah satu alasan dari catatan buruk sektor pertambangan. Turunnya daya beli konsumen pada masa pandemi menyebabkan turunnya tingkat produksi yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan permintaan energi, termasuk batubara. Apalagi beberapa pabrik sampai menghentikan operasinya seperti yang disampaikan oleh Kepala Penataan dan Pengembangan Wilayah Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Selatan, M. Iswahyudi. “Pada masa PSBB banyak perusahaan memilih tutup. Jadi penjualan batubara anjlokâ€, ujar Pejabat Eselon IV tersebut seperti dilansir banjarmasinpost.co.id.
Perbandingan antar sektor
Pertumbuhan negatif sebesar -4,47 persen yang dialami sektor pertambangan, sebenarnya lebih baik daripada pertumbuhan negatif yang dialami sektor transportasi dan pergudangan yang tercatat mengkerut sebesar -5,32 persen. Namun demikian mengingat kecilnya kontribusi sektor transportasi pergudangan pada struktur PDRB kalsel, maka dampak negatifnya tidak sebesar sektor pertambangan. Hal ini terlihat dari sumber petumbuhan sektoral di mana sektor transportasi dan pergudangan hanya menyumbang sebesar -0,33 persen, jauh lebih kecil dari sumber pertumbuhan sektor pertambangan yang mencapai -1,12 persen dari total kontraksi sebesar -1,81 yang dialami perekonomian Kalimantan Selatan. Adapun sumbangan sektor transportasi dan pergudangan terhadap total PDRB Kalsel hanya sebesar 6,58 persen.
Untuk menerangkan kondisi tiga sektor utama perekonomian Kalsel yang diterangkan pada awal paragraf, maka diinformasikan bahwa kontribusi sektor pertambangan terhadap total PDRB Kalsel pada Tahun 2020 masih menjadi yang paling tinggi. Nilainya adalah 18,29 persen. Nilai tersebut lebih tinggi daripada sektor pertanian yang hanya 14,39 persen dan sektor industri pengolahan yang hanya 13,52 persen.
Penurunan dominasi sektor pertambangan
Catatan buruk sektor pertambangan pada perekonomian Kalimantan Selatan paling tidak sudah dimulai pada Tahun 2016. Pada tahun tersebut, distribusi sektor pertambangan terhadap total PDRB kalsel menyusut menjadi hanya 20,98 persen, turun sebesar 1,86 persen dibanding Tahun 2015 yang tercatat sebesar 22,84 persen.
Dominasi sektor ekstraktif ini kemudian terus menurun hingga mencapai di bawah 20 persen pada Tahun 2019. Pada tahun tersebut, sektor ini hanya tercatat menyumbang 19,08 persen dari total PDRB Kalsel. Tahun 2020, sumbangan tersebut kembali turun dengan nilai hanya 18,29 persen.
Penurunan dominasi sektor pertambangan ini sebenarnya sudah sejalan dengan perubahan struktur ekonomi yang menjadi isu pada naskah Perubahan RPJMD Kalsel 2016-2021 dan rincian pernyataan Misi pada dokumen yang sama. “Perlunya transformasi perubahan struktur perekonomian daerah ke depannya juga menjadi isu penting dalam sektor perekonomianâ€, seperti disampaikan pada Perubahan RPJMD 2016-2021 untuk menjelaskan adanya fenomena perlambatan ekonomi terkait besarnya sumbangan sektor pertambangan. (Naskah: Faisal/Foto: canva)